Minggu, 30 Maret 2014

KaliBrasi

DEFINISI KALIBRASI

Kalibrasi memiliki pengertian yang berbeda-beda baik secara teoritis maupun praktis. Bahkan dalam obrolan santai malah sering keluar agak jauh dari pengertian sebenarnya. Kalibrasi dianggap sama persis dengan jasa refurbish, dimana digambarkan seorang nenek usia lanjut masuk ke black box lalu gak lama kemudian keluarlah cewek muda cantik. Wah, kalau urusan yang begini sih, orang pada berduyun-duyun masuk jadi teknisi kalibrasi.
Dalam keseharian operasional kalibrasi selama lebih dari sepuluh tahun, saya juga sering mendapatkan bahwa harapan kastamer adalah menginginkan alat ukur yang diorderkannya (untuk jasa kalibrasi) pada suatu Lab kalibrasi akan menjadi seperti baru lagi. Bahkan ada yang pernah bertanya kok alatnya terlihat tidak diapa-apakan, masuk lecek kok keluar masih lecek. Ini kejadian nyata, yang sempat membuat bos saya memerintahkan untuk mengelap bersih-bersih alat ukur (bahkan mencuci covernya jika bisa dilepas) setelah alat ukur selesai dikalibrasi, agar ada kesan (tangible) bahwa alat ukur menjadi “cewek muda cantik” kembali.

Bby the way, terlepas dari kesibukan para teknisi Lab untuk memberi sosialisasi kepada kastamernya (sekalian agar ada excuse kalau alat ukurnya nggak bisa diadjust), ISO sudah membuat definisi resmi untuk kalibrasi ini agar menjadi standar bagi dunia metrologi secara internasional.

Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM), kalibrasi adalah kegiatan yang menghubungkan nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui tingkat kebenarannya (yang berkaitan dengan besaran yang diukur).

Nilai yang sudah diketahui ini biasanya merujuk ke suatu nilai dari kalibrator atau standar, yang tentunya harus memiliki akurasi yang lebih tinggi daripada alat ukur yang di-tes (biasa disebut unit under test atau UUT). Ini sesuai dengan salah satu tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran atau menjaga agar traceability link ini tidak putus.


Jadi lugasnya begini, misalnya saya akan membandingkan pembacaan tegangan 10 V dari suatu multimeter dengan pembacaan dari multimeter lain yang memiliki nilai akurasi yang lebih baik, nah itu sudah bisa dikatakan kalibrasi. Tentu ini juga mengundang pertanyaan pertanyaan lain, misalnya seberapa benar keakuratan multimeter kedua, dan bagaimana keabsahan penilaian yang diberikan. Siapa yang boleh melakukan judgment penilaian tersebut dan seterusnya, tetapi untuk sekedar memberi pengertian basic saja tentang kalibrasi, definisi di atas sudah oke.

Tetapi ada satu hal yang menarik di sini, yaitu dengan definisi ini maka secara hukum per-ISO-an, nampaknya suatu adjustment (apalagi refurbishment) tidak harus dilakukan. Jadi hukum ini melindungi suatu Lab jika ada kastamer yang “memaksa” Lab untuk melakukan adjustment terhadap alat ukurnya. Bagi Lab sebenarnya juga tidak ada masalah, kalau ada kastamer demikian tinggal dibatalkan saja layanannya.


MANFAAT KALIBRASI

Yang sering menjadi pertanyaan juga adalah manfaat apa yang didapatkan dari kalibrasi ini ?

Tentu saja banyak, diantara banyak manfaatnya, manfaat “basic” nya adalah untuk :
  1. Mendukung sistem mutu yang diterapkan di industri. Ini yang pada awalnya paling populer menjadi pendorong orang atau industri mau mengkalibrasi alatnya. ISO 9000 mensyaratkan semua alat ukur yang terkait dalam produksi harus dijamin mutu keakuratannya. Dan salah satu tool utama untuk ini adalah dengan melakukan kalibrasi. Requirement ini pada tahun-tahun terakhir semakin terasa tidak populer seiring dengan semakin longgarnya penerapan ISO 9000. Apalagi saat ini banyak perusahaan pemberi sertifikat yang saling bersaing mendapatkan kastamer, yang akhirnya memunculkan dampak negatif juga yaitu dengan makin melonggarkan aturan sehingga (misalnya) dengan melakukan kalibrasi 10 alat ukurnya saja, dari 100 alat ukur yang harusnya dikalibrasi, selesai sudah masalahnya. Apalagi jika orang yang ditunjuk sebagai perwakilan auditee memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik (alias pandai bersilat lidah), makin mudah saja mendapatkan sertifikat ini tanpa capek-capek keluar biaya untuk kalibrasi.Satu hal lagi bahwa sering terjadi kastamer tidak merasakan manfaat langsung (bahkan manfaat teknis di lapangan) dari kegiatan kalibrasi ini, sehingga ini bisa dijadikan alibi untuk excuse tidak melakukan kalibrasi. Dan alibi ini bisa meyakinkan auditor ISO.
  2. Dapat mengetahui penyimpangan harga benar dengan harga yang ditunjukkan alat ukur. Kalau ini memang menjadi alasan yang teknis sifatnya, dan teknisi saja yang biasanya merasakan riil manfaatnya.

ELEMEN-ELEMEN PROSES KALIBRASI

Apa saja yang menjadi elemen sistem proses kalibrasi ?
  1. Adanya obyek ukur (Unit Under Test)
  2. Adanya calibrator (standard)
  3. Adanya prosedur kalibrasi, yang mengacu ke standar kalibrasi internasional, nasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh laboratorium yg sudah teruji dengan terlebih dulu dilakukan verifikasi.
  4. Adanya teknisi yang telah memenuhi persyaratan mempunyai kemampuan teknis kalibrasi (sebaiknya bersertifikat).
  5. Lingkungan terkondisi, baik suhu maupun kelembabannya. Andaipun tidak bisa dikondisikan, misalnya terjadi saat kalibrasi dilakukan di lapangan terbuka, maka faktor lingkungan harus diakomodasi dalam proses pengukuran dan perhitungan ketidakpastian.
  6. Hasil kalibrasi itu sendiri, yaitu quality record berupa sertifikat kalibrasi. Di dalamnya tercatat measured value, correction value, dan akhirnya nilai uncertainty. Sertifikat ini tidak baku bentuknya, minimal harus dapat memberikan informasi tentang seberapa sehat alat ukur milik kastamer yang dikalibrasi. Artinya, kita bisa menambahkan banyak keterangan yang diperlukan, bahkan bisa saja ditambahkan foto, gambar, hasil analisa khusus, nilau TUR (Test Uncertainty Ratio), bahkan bisa saja melampirkan laporan kinerja calibrator yang digunakan dalam proses ini.
Catatan : TUR adalah perbandingan antara ketidakpastian karakteristik instrumen yang dikalibrasi terhadap ketidakpastian instrumen kalibratornya (spesifikasi alat bisa dianggap sebagai ketidakpastian terbesar)

MENENTUKAN INTERVAL KALIBRASI

Seberapa lama interval kalibrasi dilakukan? Setahun? Atau bolehkah kastamer meminta interval kalibrasi lima tahun misalnya, dari yang biasanya setahun ?

Semua sebenarnya tergantung pada kastamer, karena bagaimanapun alat ukur mereka menjadi tanggung jawab mereka sendiri. Namun demikian, Lab boleh saja memberi rekomendasi bahwa interval kalibrasi suatu alat harus setahun, misalnya. Tentu semua harus ada dasar ilmiahnya.

Dan ini semua juga sangat tergantung dari umur alat ukur, kinerjanya, bahkan siapa pabrikannya pun jelas memiliki bobot tersendiri untuk menentukan interval kalibrasi ini. Untuk penentuan interval kalibrasi, untuk electrical testing, sebagian besar biasanya dinyatakan secara periodik harus dilakukan kalibrasi, walaupun dalam beberapa kondisi penentuannya harus dengan memperhitungkan pula kondisi pemakaian, frekuensi pemakaian sampai ke persoalan bagaimana melakukan perawatannya.

Jadi jika ada kastamer meminta interval kalibrasi (biasa dinyatakan dalam istilah “due date calibration”) dinyatakan lebih dari setahun, misalnya, Lab harus mengecek dulu sejarahnya, kinerjanya, dan catatan-catatan teknisnya (misalnya dengan mencari catatan teknisnya di Internet atau katalog atau sumber lainnya). Untuk kemudian barulah Lab dapat membantu judgement interval tersebut. Namun jika Lab tidak mampu melakukannya, sebaiknya Lab mengosongkan saja rekomendasi tersebut dan semua diserahkan kepada kastamer, karena hal ini akan mempengaruhi bonafiditas Lab juga.

Dalam perkembangannya, ISO pun mempertimbangkan hal ini, ada aturan yang melarang Lab untuk sewenang-wenang memberikan judgement interval kalibrasinya. Ini biasanya terkadang dibuat Lab untuk urusan komersil, tentu saja semakin cepat alat ukur harus kembali dikalibrasi itu akan semakin mempertinggi kesempatan Lab mendapatkan efek ekonomisnya. Dan yang seperti ini tentu akan berpotensi merugikan kastamer.

Dalam penentuan interval kalibrasi, dapat juga dinyatakan dalam waktu kalender misalnya setahun, atau bisa menggunakan waktu penggunaan misalnya dalam 500 jam penggunaan, ataupun bisa juga menggunakan kombinasi keduanya, tergantung mana duluan yang terjadi, ya mirip penentuan waktu penggantian oli mobil.

Sebenarnya ada rumus bagaimana cara menentuka interval kalibrasi. Tapi mungkin kita bahas lain kali dalam tulisan yang lain.

Instrumentasi
Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan
pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks. Instrumentasi bisa berarti
alat untuk menghasilkan efek suara, seperti pada instrumen musik misalnya, namun secara umum
instrumentasi mempunyai 3 fungsi utama:
* sebagai alat pengukuran
* sebagai alat analisa, dan
* sebagai alat kendali.
Instrumentasi sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi survey/ statistik, instrumentasi
pengukuran suhu, dll. Contoh dari instrumentasi sebagai alat analisa banyak dijumpai di bidang
kimia dan kedokteran, misalnya, sementara contoh instrumentasi sebagai alat kendali banyak
ditemukan dalam bidang elektronika, industri dan pabrik-pabrik. Sistem pengukuran, analisa dan
kendali dalam instrumentasi ini bisa dilakukan secara manual (hasilnya dibaca dan ditulis
tangan), tetapi bisa juga dilakukan secara otomatis dengan menggunakan komputer (sirkuit
elektronik). Untuk jenis yang kedua ini, instrumentasi tidak bisa dipisahkan dengan bidang
elektronika dan instrumentasi itu sendiri.
Instrumentasi sebagai alat pengukur sering kali merupakan bagian depan/ awal dari bagianbagian
selanjutnya (bagian kendalinya), dan bisa berupa pengukur dari semua jenis besaran fisis,
kimia, mekanis, maupun besaran listrik. Beberapa contoh di antaranya adalah pengukur: massa,
waktu, panjang, luas, sudut, suhu, kelembaban, tekanan, aliran, pH (keasaman), level, radiasi,
suara, cahaya, kecepatan, torque, sifat listrik (arus listrik, tegangan listrik, tahanan listrik),
viskositas, density, dll.
Prosedur Kalibrasi Viscometer
Akurasi dari Viscometer Brookfield diverifikasi dengan menggunakan cairan standard yang
disediakan oleh Brookfield Engineering Labs. Cairan Standard ini merupakan cairan Newtonian
sehingga memiliki nilai viskositas yang sama
ViscoStandard
dengan pemakaian sembarang spindle, RPM maupun shear rate. Cairan standard yang tersedia
telah dikalibrasi pada suhu 25 oC.

Persyaratan Umum :
Ukuran wadah : Untuk Viscosity Standard < 30.000 cP, gunakanlah Beaker Low Form 600 ml.
Untuk Viscosity Standard > 30.000 cP gunakan wadah cairan sbb. : Dia. Dalam : 8.25 cm,
Tinggi : 12.1 cm. Catatan : Wadah boleh lebih besar tetapi tidak boleh lebih kecil.
Suhu : Seperti tercantum pada label standard ± 0.1 oC.
Kondisi : Viscometer dengan Model : “LV” atau “RV” harus menggunakan Guarg Leg.
Brookfield merekomendasikan untuk mengganti cairan Standard setelah 1 (satu) tahun sejak
pemakaian.
Prosedur kalibrasi untuk Spindle LV(#1-4), RV, HA, HB (#1-7).
1. Letakkan cairan standard (dalam wadah yang sesuai) ke dalam Water Bath.
2. Atur Viscometer pada posisi pengukuran (gunakan Guard Leg untuk Model LV dan RV).
3. Pasangkan spindle pada Viscometer. Hindari terjebaknya gelembung udara dibawah
spindle.
4. Cairan standard bersama spindle harus dicelupkan ke dalam water bath selama minium 1
(satu) jam. Cairan diaduk sebelum pengukuran.
5. Setelah 1 jam, periksa suhu cairan standard dengan themometer yang akurat.
6. Jika suhu cairan telah mencapai suhu pengujian (± 0.1 oC) lakukan pengukuan viskositas
dan catat hasil pembacaan viscometer. Catatan : spindle harus berputar sedikitnya 5
(lima) kali putaran sebelum dilakkan pembacaan.
7. Pembacaan nilai viskositas harus sama dengan nilai cP yang tertera pada cairan standard
Prosedur Kalibrasi untuk Small Sample Adapter
Jika Small Sample Adapter digunakan, water jacket dihubungkan dengan water bath dan akir
dikonsisikan pada suhu yang sesuai.
1. Letakkan sejumlah sample sesuai petunjuk ke dalam sample chamber. Jumlah sample
berbeda-beda untuk spnle yang berbeda. (Sesuaikan dengan Instruction Manual dari
Small Sample Adapter).
2. Letakkan sample chamber ke dalam water jacket.
3. Pasangkan spindle
4. Biarkan selama 30 menit agar cairan standard mencapai suhu test.
5. Lakukan pengukuran dan catat hasilnya. Spindle harus berputar minimum 5 kali sebelum
dilakukan pembacaan.
Prosedur Kalibrasi untuk Thermosel System
Ada 2 step yang direkomendasikan untuk mengkalibrasi Thermosel.
A. Kalibrasi Viscometer tersendiri dengan Spindle Standard (Lihat : Prosedur
kalibrasi untuk
Spindle LV(#1-4), RV, HA, HB (#1-7)).
B. Kalibrasi Viscometer dengan Thermosel sesuai dengan prosedur berikut ini :
a.         Letakkan sejumlah cairan HT (High Temperature) viscosity standard ke dalam HT-2 sample
chamber. Jumlah sample berbeda-beda untuk tiap spindle. (Lihat : Instruksi Manual Thermosel ).
b.         Letakkan sample chamber ke dalam Thermo Container.
1. Pasangkan spindle
2. Biarkan selama 30 menit agar suhu setting tercapai
3. Lihat dan catat hasil pengukuran. Catatan : Spindle harus berputar setidaknya 5 putaran
sebelum dilakukan pembacaan.


Prosedur Kalibrasi untuk UL atau DIN UL Adapter
1. Letakkan sejumlah cairan viscosity standard ke dalam UL Tube. Lihat : Instruction
Manual UL Adapter.
2. Pasangkan spindle pada viscometer
3. Pasangkan Tube / Wadah Sample
4. Celupkan Tube ke dalam Water Bath. Jika menggunakan ULA-40Y water jacket,
hubungkan saluran inlet / outlet ke external circulating pump.
5. Biarkan selama 30 menit agar tercapai suhu setting
6. Lakukan pengukuran viscosity dan catat hasilnya. Spindle harus berputar minimal 5
puataran sebelum dilakukan pembacaan hasilnya.
Prosedur Kalibrasi untuk Helipath Stand dan Spindle T-Bar
Kalibrasi Helipath Stand dan Spindle T-Bar dapat dilakuan dengan menggunakan Spinlde
standard yang ada (Lihat : Prosedur kalibrasi untuk Spindle LV(#1-4), RV, HA, HB (#1-7)).
Spindle T-Bar tidak boleh digunakan untuk verifikasi kalibrasi.
Prosedur Kalibrasi untuk Spiral Adapter
1. Letakkan viscosity standard yang ada di Beaker ke dalam water bath.
2. Pasangkan spindle pada viscometer. Pasangkan chamber (SA-1Y)
3. Atur viscometer pada posisi pengukuran. Operasikan viscometer pada 50 atau 60 RPM
sampai chamber benar-benar meluap.
4. Cairan viscosity standard bersama dengan spindle harus dibenamkan ke dalam water bath
selama minimum 1 jam dan diaduk secara teratur sebelum dilakukan pengukuran.
5. Setelah 1 jam, cek suhu cairan dengan menggunakan thermometer yang akurat
6. Jika cairan sudah mencapai suhu setting ± 0.1 oC, ukur kekentalan cairan. Catatan :
Spindle harus berputar minimal 5 kali putaran sebelum pengukuran dilakukan.
7. Hasil pengukuran harus sama dengan nilai standard dengan toleransi gabungan akurasi
dari viscometer dan cairan standard. ( Lihat : Interpretasi Hasil Test Kalibrasi).
Prosedur Kalibrasi untuk Cone/Plate Viscometer
1. Atur jarak antara cone spindle dengan plate sesuai dengan Instruction Manual
2. Pilih viscsity standard yang akan memberikan nilai pembacaan antara 10% hingga 100%
dari Full Scale Range (FSR). Sebaiknya pilih standard dengan nilai mendekati 100%
FSR.
3. Masukkan sample ke dalam cup dan biarkan selama 15 menit untuk mencapai suhu
setting.
4. Lakukan pengukuran dan catat hasilnya baik % Torque dan cP. Catatan :
1. Spindle harus berputar minimum 5 putaran sebelum pengukuran diambil.
2. Penggunaan standard pada rentang 5 cP s.d 5.000 cP dianjurkan untuk instrument
cone/plate. Jangan gunakan viscsity standard diatas 5.000 cP.
Interpretasi Hasil Test Kalibrasi
Pada saat melakukan verifikasi kalibrasi Viscometer Model Spindle Brookfield, faktor kesalahan
(toleransi) dari alat dan cairan standard harus digabungkan untuk menghitung total toleransi yang
diijinkan. Toleransi dari viscometer Brookfield adalah 1% dari Full Scale Range (FSR). FSR
adalah nilai maksium yang mampu diukur oleh alat dengan kombinasi setting Spindle dan
Kecepatan putar spindle yang kita tetapkan. Sedangkan toleransi dari cairan standard adalah 1%
dari nilai viscosity cairan yang bersangkutan.
Contoh perhitungan :
1. FSR alat ukur 50.000 cP
2. Cairan Standard 12.000 dengan nilai actual 12.257 pada suhu 25 oC.
3. Toleransi alat adalah : 1% x 50.000 = 500 cP
4. Toleransi cairan standard : 1% x 12.257 = 122.57 cP
5. Total Toleransi : ± ( 500 + 122.57) = ± 622.57 cP
6. Sehingga pembacaan yang diijinkan dengan FSR dan standard di atas adalah :
Toleransi yang dapat diterima = ( 12.257 ± 622.57 ) cP.
Sejauh pembacaan alat masih dalam rentang nilai tersebut, maka viscometer masih berfungsi
dengan baik.
SISTEM KALIBRASI
Filosifi kalibrasi
Bahwa setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti melalui kalibrasi
dan atau pengujian bahwa instrumen ukur tersebut memang baik.
definisi Kalibrasi
Kalibrasi adalah memastikan kebenaran nilai-nilai yang ditunjukan oleh instrumen ukur atau
sistem pengukuran atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan cara
membandingkan dengan nilai konvensional yang diwakili oleh standar ukur yang memiliki
kemampuan telusur ke standar Nasional atau Internasional.
Dengan kata lain:
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat
inspeksi, alat pengukuran dan alat pengujian.
Tujuan kalibrasi
• Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu instrumen
ukur.
• Menjamin hasil-hsil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun Internasional.
Manfaat kalibrasi
Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesefikasinya

Persyaratan kalibrasi
• Standar acuan yang mampu telusur ke standar Nasional / Internasional
• Metoda kalibrasi yang diakui secara Nasional / Internasional
• Personil kalibrasi yang terlatih, yang dibuktikan dengan sertifikasi dari laboratorium yang
terakreditasi
• Ruangan / tempat kalibrasi yang terkondisi, seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, aliran
udara, dan kedap getaran
• Alat yang dikalibrasi dalam keadaan berfungsi baik / tidak rusak
Sumber- sumber yang mempengaruhi hasil kalibrasi
• Prosedur
Kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar yang telah diakui.
Kesalahan pemahaman prosedur akan membuahkan hasil yang kurang benar dan tidak dapat
dipercaya. Pengesetan sistem harus teliti sesuai dengan aturan pemakaian alat, agar kesalahan
dapat dihindari.
• Kalibrator
Kalibrator harus mampu telusur kestandar Nasional dan atau Internasional. Tanpa memiliki
ketelusuran, hasil kalibrasi tidak akan diakui oleh pihak lain. Demikian pulaketelitian,
kecermatan dan kestabilan kalibrator harus setingkat lebih baik dari pada alat yang dikalibrasi
• Tenaga pengkalibrasi
Tenaga pengkalibrasi harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang memadai, karena hasil
kalibrasi sangat tergantung kepadanya.
Kemampuan mengoperasikan alat dan kemampuan visualnya, umumnya sangat diperlukan,
terutama untuk menghindari kesalahan yang disebabkan oleh peralak maupun penalaran posisiskala.
• Periode kalibrasi
Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur dengan kalibrasi
berikutnya.
Periode kalibrasi tergantung pada beberapa faktor antara lain pada kualitas metrologis alat ukur
tersebut, frekuensi pemakaian, pemeliharaan atau penyimpanan dan tingkat ketelitianya.
Periode kalibrasi dapat ditetapkan berdasarkan lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau
gabungan dari keduanya.
• Lingkungan
Lingkungan dapat menyebabkan pengaruh yang sangat besar terhadap kalibrasi terutama untuk
mengkalibrasi kalibrator. Misalnya kondisi suhu, kelembabab, getaran mekanik medan listrik,
medan magnetik, medan elektro magnetik, tingkat penerangan dan sebagainya.
• Alat yang dikalibrasi
Alat yang dikalibrasi harus dalam keadaan maksimal, artinya dalam kondisi jalan dengan baik,
stabil dan tidak terdapat kerusakan yang menggangu.
Prosedur Kalibrasi
1. Identifikasi alat yang dikalibrasi
2. Membuat jadwal kalibrasi ( Internal / External )
3. Menyiapkan alat / bahan
4. Melakukan kalibrasi
5. Membuat laporan kalibrasi
6. Evaluasi hasil kalibrasi
7. Sesuai standar

- Ya ( Mencatat / memasang label kalibrasi )
- Tidak ( Melakukan evaluasi data dampak dari penyimpangan alat ► Laporan ► Membuat
laporan kerusakan ► Prosedur perbaikan alat )
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan sistem kalibrasi.
1. Daftar alat yang dikalibrasi
2. Manual alat yang dikalibrasi ( Standar / nilai bias alat yang diperbolehkan )
3. Personil kalibrasi yang terlatih ( Sertifikat dari laboratorium kalibrasi yang telah terakredirasi )
4. Jadwal kalibrasi alat
- Internal (dilakukan sendiri).
- External (dilakukan oleh pihak luar).
5. Laporan kalibrasi
6. Catatan alat yang telah dikalibrasi
7. Cek form kalibrasi
- Nomor seri alat yang dikalibrasi
- Personil kalibrasi
- Cros cek alat ke lapangan



Termometer – Sistem Pengukuran Suhu
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Termometer Merkuri adalah jenis termometer
yang sering digunakan oleh masyarakat awam. Merkuri digunakan pada alat ukur suhu
termometer karena koefisien muainya bisa terbilang konstan sehingga perubahan volume akibat
kenaikan atau penurunan suhu hampir selalu sama.
Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan kandungan Merkuri di
ujung bawah. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat sedemikian rupa sehingga hampa udara.
Jika temperatur meningkat, Merkuri akan mengembang naik ke arah atas pipa dan memberikan
petunjuk tentang suhu di sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Skala suhu
yang paling banyak dipakai di seluruh dunia adalah Skala Celcius dengan poin 0 untuk titik beku
dan poin 100 untuk titik didih.
Termometer Merkuri pertama kali dibuat oleh Daniel G. Fahrenheit. Peralatan sensor panas ini
menggunakan bahan Merkuri dan pipa kaca dengan skala Celsius dan Fahrenheit untuk
mengukur suhu. Pada tahun 1742 Anders Celsius mempublikasikan sebuah buku berjudul
“Penemuan Skala Temperatur Celsius” yang diantara isinya menjelaskan metoda kalibrasi alat





termometer seperti dibawah ini:
1. Letakkan silinder termometer di air yang sedang mencair dan tandai poin termometer disaat
seluruh air tersebut berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah poin titik beku air.
2. Dengan cara yang sama, tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut mendidih
seluruhnya saat dipanaskan.
3. Bagi panjang dari dua poin diatas menjadi seratus bagian yang sama.
Sampai saat ini tiga poin kalibrasi diatas masih digunakan untuk mencari rata-rata skala Celsius
pada Termometer Merkuri. Poin-poin tersebut tidak dapat dijadikan metoda kalibrasi yang akurat
karena titik didih dan titik beku air berbeda-beda seiring beda tekanan.
Cara Kerja :
1. Sebelum terjadi perubahan suhu, volume Merkuri berada pada kondisi awal.
2. Perubahan suhu lingkungan di sekitar termometer direspon Merkuri dengan perubahan
volume.
3. Volume merkuri akan mengembang jika suhu meningkat dan akan menyusut jika suhu
menurun.
4. Skala pada termometer akan menunjukkan nilai suhu sesuai keadaan lingkungan.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar