DEFINISI KALIBRASI
Kalibrasi memiliki pengertian yang berbeda-beda baik secara teoritis maupun praktis. Bahkan dalam obrolan santai malah sering keluar agak jauh dari pengertian sebenarnya. Kalibrasi dianggap sama persis dengan jasa refurbish, dimana digambarkan seorang nenek usia lanjut masuk ke black box lalu gak lama kemudian keluarlah cewek muda cantik. Wah, kalau urusan yang begini sih, orang pada berduyun-duyun masuk jadi teknisi kalibrasi.
Dalam keseharian operasional kalibrasi selama lebih dari sepuluh tahun, saya juga sering mendapatkan bahwa harapan kastamer adalah menginginkan alat ukur yang diorderkannya (untuk jasa kalibrasi) pada suatu Lab kalibrasi akan menjadi seperti baru lagi. Bahkan ada yang pernah bertanya kok alatnya terlihat tidak diapa-apakan, masuk lecek kok keluar masih lecek. Ini kejadian nyata, yang sempat membuat bos saya memerintahkan untuk mengelap bersih-bersih alat ukur (bahkan mencuci covernya jika bisa dilepas) setelah alat ukur selesai dikalibrasi, agar ada kesan (tangible) bahwa alat ukur menjadi “cewek muda cantik” kembali.
Bby the way, terlepas dari kesibukan para teknisi Lab untuk memberi sosialisasi kepada kastamernya (sekalian agar ada excuse kalau alat ukurnya nggak bisa diadjust), ISO sudah membuat definisi resmi untuk kalibrasi ini agar menjadi standar bagi dunia metrologi secara internasional.
Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM), kalibrasi adalah kegiatan yang menghubungkan nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui tingkat kebenarannya (yang berkaitan dengan besaran yang diukur).
Nilai yang sudah diketahui ini biasanya merujuk ke suatu nilai dari kalibrator atau standar, yang tentunya harus memiliki akurasi yang lebih tinggi daripada alat ukur yang di-tes (biasa disebut unit under test atau UUT). Ini sesuai dengan salah satu tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran atau menjaga agar traceability link ini tidak putus.
Jadi lugasnya begini, misalnya saya akan membandingkan pembacaan tegangan 10 V dari suatu multimeter dengan pembacaan dari multimeter lain yang memiliki nilai akurasi yang lebih baik, nah itu sudah bisa dikatakan kalibrasi. Tentu ini juga mengundang pertanyaan pertanyaan lain, misalnya seberapa benar keakuratan multimeter kedua, dan bagaimana keabsahan penilaian yang diberikan. Siapa yang boleh melakukan judgment penilaian tersebut dan seterusnya, tetapi untuk sekedar memberi pengertian basic saja tentang kalibrasi, definisi di atas sudah oke.
Tetapi ada satu hal yang menarik di sini, yaitu dengan definisi ini maka secara hukum per-ISO-an, nampaknya suatu adjustment (apalagi refurbishment) tidak harus dilakukan. Jadi hukum ini melindungi suatu Lab jika ada kastamer yang “memaksa” Lab untuk melakukan adjustment terhadap alat ukurnya. Bagi Lab sebenarnya juga tidak ada masalah, kalau ada kastamer demikian tinggal dibatalkan saja layanannya.
Kalibrasi memiliki pengertian yang berbeda-beda baik secara teoritis maupun praktis. Bahkan dalam obrolan santai malah sering keluar agak jauh dari pengertian sebenarnya. Kalibrasi dianggap sama persis dengan jasa refurbish, dimana digambarkan seorang nenek usia lanjut masuk ke black box lalu gak lama kemudian keluarlah cewek muda cantik. Wah, kalau urusan yang begini sih, orang pada berduyun-duyun masuk jadi teknisi kalibrasi.
Dalam keseharian operasional kalibrasi selama lebih dari sepuluh tahun, saya juga sering mendapatkan bahwa harapan kastamer adalah menginginkan alat ukur yang diorderkannya (untuk jasa kalibrasi) pada suatu Lab kalibrasi akan menjadi seperti baru lagi. Bahkan ada yang pernah bertanya kok alatnya terlihat tidak diapa-apakan, masuk lecek kok keluar masih lecek. Ini kejadian nyata, yang sempat membuat bos saya memerintahkan untuk mengelap bersih-bersih alat ukur (bahkan mencuci covernya jika bisa dilepas) setelah alat ukur selesai dikalibrasi, agar ada kesan (tangible) bahwa alat ukur menjadi “cewek muda cantik” kembali.
Bby the way, terlepas dari kesibukan para teknisi Lab untuk memberi sosialisasi kepada kastamernya (sekalian agar ada excuse kalau alat ukurnya nggak bisa diadjust), ISO sudah membuat definisi resmi untuk kalibrasi ini agar menjadi standar bagi dunia metrologi secara internasional.
Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM), kalibrasi adalah kegiatan yang menghubungkan nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui tingkat kebenarannya (yang berkaitan dengan besaran yang diukur).
Nilai yang sudah diketahui ini biasanya merujuk ke suatu nilai dari kalibrator atau standar, yang tentunya harus memiliki akurasi yang lebih tinggi daripada alat ukur yang di-tes (biasa disebut unit under test atau UUT). Ini sesuai dengan salah satu tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran atau menjaga agar traceability link ini tidak putus.
Jadi lugasnya begini, misalnya saya akan membandingkan pembacaan tegangan 10 V dari suatu multimeter dengan pembacaan dari multimeter lain yang memiliki nilai akurasi yang lebih baik, nah itu sudah bisa dikatakan kalibrasi. Tentu ini juga mengundang pertanyaan pertanyaan lain, misalnya seberapa benar keakuratan multimeter kedua, dan bagaimana keabsahan penilaian yang diberikan. Siapa yang boleh melakukan judgment penilaian tersebut dan seterusnya, tetapi untuk sekedar memberi pengertian basic saja tentang kalibrasi, definisi di atas sudah oke.
Tetapi ada satu hal yang menarik di sini, yaitu dengan definisi ini maka secara hukum per-ISO-an, nampaknya suatu adjustment (apalagi refurbishment) tidak harus dilakukan. Jadi hukum ini melindungi suatu Lab jika ada kastamer yang “memaksa” Lab untuk melakukan adjustment terhadap alat ukurnya. Bagi Lab sebenarnya juga tidak ada masalah, kalau ada kastamer demikian tinggal dibatalkan saja layanannya.
MANFAAT KALIBRASI
Yang sering menjadi pertanyaan juga adalah manfaat apa yang didapatkan dari kalibrasi ini ?
Tentu saja banyak, diantara banyak manfaatnya, manfaat “basic” nya adalah untuk :
- Mendukung sistem mutu yang diterapkan di
industri. Ini yang pada awalnya paling populer menjadi pendorong orang
atau industri mau mengkalibrasi alatnya. ISO 9000 mensyaratkan semua alat
ukur yang terkait dalam produksi harus dijamin mutu keakuratannya. Dan
salah satu tool utama untuk ini adalah dengan melakukan kalibrasi.
Requirement ini pada tahun-tahun terakhir semakin terasa tidak populer
seiring dengan semakin longgarnya penerapan ISO 9000. Apalagi saat ini
banyak perusahaan pemberi sertifikat yang saling bersaing mendapatkan
kastamer, yang akhirnya memunculkan dampak negatif juga yaitu dengan makin
melonggarkan aturan sehingga (misalnya) dengan melakukan kalibrasi 10 alat
ukurnya saja, dari 100 alat ukur yang harusnya dikalibrasi, selesai sudah
masalahnya. Apalagi jika orang yang ditunjuk sebagai perwakilan auditee
memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik (alias pandai bersilat
lidah), makin mudah saja mendapatkan sertifikat ini tanpa capek-capek
keluar biaya untuk kalibrasi.Satu hal lagi bahwa sering terjadi kastamer
tidak merasakan manfaat langsung (bahkan manfaat teknis di lapangan) dari
kegiatan kalibrasi ini, sehingga ini bisa dijadikan alibi untuk excuse
tidak melakukan kalibrasi. Dan alibi ini bisa meyakinkan auditor ISO.
- Dapat mengetahui penyimpangan harga
benar dengan harga yang ditunjukkan alat ukur. Kalau ini memang menjadi
alasan yang teknis sifatnya, dan teknisi saja yang biasanya merasakan riil
manfaatnya.
ELEMEN-ELEMEN
PROSES KALIBRASI
Apa saja yang menjadi elemen sistem proses kalibrasi ?
Apa saja yang menjadi elemen sistem proses kalibrasi ?
- Adanya obyek ukur (Unit Under Test)
- Adanya calibrator (standard)
- Adanya prosedur kalibrasi, yang mengacu
ke standar kalibrasi internasional, nasional atau prosedur yg dikembangkan
sendiri oleh laboratorium yg sudah teruji dengan terlebih dulu dilakukan
verifikasi.
- Adanya teknisi yang telah memenuhi
persyaratan mempunyai kemampuan teknis kalibrasi (sebaiknya bersertifikat).
- Lingkungan terkondisi, baik suhu maupun
kelembabannya. Andaipun tidak bisa dikondisikan, misalnya terjadi saat
kalibrasi dilakukan di lapangan terbuka, maka faktor lingkungan harus
diakomodasi dalam proses pengukuran dan perhitungan ketidakpastian.
- Hasil kalibrasi itu sendiri, yaitu
quality record berupa sertifikat kalibrasi. Di dalamnya tercatat measured
value, correction value, dan akhirnya nilai uncertainty. Sertifikat ini
tidak baku bentuknya, minimal harus dapat memberikan informasi tentang
seberapa sehat alat ukur milik kastamer yang dikalibrasi. Artinya, kita
bisa menambahkan banyak keterangan yang diperlukan, bahkan bisa saja
ditambahkan foto, gambar, hasil analisa khusus, nilau TUR (Test
Uncertainty Ratio), bahkan bisa saja melampirkan laporan kinerja
calibrator yang digunakan dalam proses ini.
Catatan : TUR adalah
perbandingan antara ketidakpastian karakteristik instrumen yang dikalibrasi
terhadap ketidakpastian instrumen kalibratornya (spesifikasi alat bisa dianggap
sebagai ketidakpastian terbesar)
MENENTUKAN INTERVAL KALIBRASI
Seberapa lama interval kalibrasi dilakukan? Setahun? Atau bolehkah kastamer meminta interval kalibrasi lima tahun misalnya, dari yang biasanya setahun ?
Semua sebenarnya tergantung pada kastamer, karena bagaimanapun alat ukur mereka menjadi tanggung jawab mereka sendiri. Namun demikian, Lab boleh saja memberi rekomendasi bahwa interval kalibrasi suatu alat harus setahun, misalnya. Tentu semua harus ada dasar ilmiahnya.
Dan ini semua juga sangat tergantung dari umur alat ukur, kinerjanya, bahkan siapa pabrikannya pun jelas memiliki bobot tersendiri untuk menentukan interval kalibrasi ini. Untuk penentuan interval kalibrasi, untuk electrical testing, sebagian besar biasanya dinyatakan secara periodik harus dilakukan kalibrasi, walaupun dalam beberapa kondisi penentuannya harus dengan memperhitungkan pula kondisi pemakaian, frekuensi pemakaian sampai ke persoalan bagaimana melakukan perawatannya.
Jadi jika ada kastamer meminta interval kalibrasi (biasa dinyatakan dalam istilah “due date calibration”) dinyatakan lebih dari setahun, misalnya, Lab harus mengecek dulu sejarahnya, kinerjanya, dan catatan-catatan teknisnya (misalnya dengan mencari catatan teknisnya di Internet atau katalog atau sumber lainnya). Untuk kemudian barulah Lab dapat membantu judgement interval tersebut. Namun jika Lab tidak mampu melakukannya, sebaiknya Lab mengosongkan saja rekomendasi tersebut dan semua diserahkan kepada kastamer, karena hal ini akan mempengaruhi bonafiditas Lab juga.
Dalam perkembangannya, ISO pun mempertimbangkan hal ini, ada aturan yang melarang Lab untuk sewenang-wenang memberikan judgement interval kalibrasinya. Ini biasanya terkadang dibuat Lab untuk urusan komersil, tentu saja semakin cepat alat ukur harus kembali dikalibrasi itu akan semakin mempertinggi kesempatan Lab mendapatkan efek ekonomisnya. Dan yang seperti ini tentu akan berpotensi merugikan kastamer.
Dalam penentuan interval kalibrasi, dapat juga dinyatakan dalam waktu kalender misalnya setahun, atau bisa menggunakan waktu penggunaan misalnya dalam 500 jam penggunaan, ataupun bisa juga menggunakan kombinasi keduanya, tergantung mana duluan yang terjadi, ya mirip penentuan waktu penggantian oli mobil.
Sebenarnya ada rumus bagaimana cara menentuka interval kalibrasi. Tapi mungkin kita bahas lain kali dalam tulisan yang lain.
MENENTUKAN INTERVAL KALIBRASI
Seberapa lama interval kalibrasi dilakukan? Setahun? Atau bolehkah kastamer meminta interval kalibrasi lima tahun misalnya, dari yang biasanya setahun ?
Semua sebenarnya tergantung pada kastamer, karena bagaimanapun alat ukur mereka menjadi tanggung jawab mereka sendiri. Namun demikian, Lab boleh saja memberi rekomendasi bahwa interval kalibrasi suatu alat harus setahun, misalnya. Tentu semua harus ada dasar ilmiahnya.
Dan ini semua juga sangat tergantung dari umur alat ukur, kinerjanya, bahkan siapa pabrikannya pun jelas memiliki bobot tersendiri untuk menentukan interval kalibrasi ini. Untuk penentuan interval kalibrasi, untuk electrical testing, sebagian besar biasanya dinyatakan secara periodik harus dilakukan kalibrasi, walaupun dalam beberapa kondisi penentuannya harus dengan memperhitungkan pula kondisi pemakaian, frekuensi pemakaian sampai ke persoalan bagaimana melakukan perawatannya.
Jadi jika ada kastamer meminta interval kalibrasi (biasa dinyatakan dalam istilah “due date calibration”) dinyatakan lebih dari setahun, misalnya, Lab harus mengecek dulu sejarahnya, kinerjanya, dan catatan-catatan teknisnya (misalnya dengan mencari catatan teknisnya di Internet atau katalog atau sumber lainnya). Untuk kemudian barulah Lab dapat membantu judgement interval tersebut. Namun jika Lab tidak mampu melakukannya, sebaiknya Lab mengosongkan saja rekomendasi tersebut dan semua diserahkan kepada kastamer, karena hal ini akan mempengaruhi bonafiditas Lab juga.
Dalam perkembangannya, ISO pun mempertimbangkan hal ini, ada aturan yang melarang Lab untuk sewenang-wenang memberikan judgement interval kalibrasinya. Ini biasanya terkadang dibuat Lab untuk urusan komersil, tentu saja semakin cepat alat ukur harus kembali dikalibrasi itu akan semakin mempertinggi kesempatan Lab mendapatkan efek ekonomisnya. Dan yang seperti ini tentu akan berpotensi merugikan kastamer.
Dalam penentuan interval kalibrasi, dapat juga dinyatakan dalam waktu kalender misalnya setahun, atau bisa menggunakan waktu penggunaan misalnya dalam 500 jam penggunaan, ataupun bisa juga menggunakan kombinasi keduanya, tergantung mana duluan yang terjadi, ya mirip penentuan waktu penggantian oli mobil.
Sebenarnya ada rumus bagaimana cara menentuka interval kalibrasi. Tapi mungkin kita bahas lain kali dalam tulisan yang lain.
Instrumentasi
Instrumentasi adalah
alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan
pengendalian dalam suatu
sistem yang lebih besar dan lebih kompleks. Instrumentasi bisa berarti
alat untuk menghasilkan
efek suara, seperti pada instrumen musik misalnya, namun secara umum
instrumentasi mempunyai
3 fungsi utama:
* sebagai alat
pengukuran
* sebagai alat analisa,
dan
* sebagai alat kendali.
Instrumentasi sebagai
alat pengukuran meliputi instrumentasi survey/ statistik, instrumentasi
pengukuran suhu, dll.
Contoh dari instrumentasi sebagai alat analisa banyak dijumpai di bidang
kimia dan kedokteran,
misalnya, sementara contoh instrumentasi sebagai alat kendali banyak
ditemukan dalam bidang
elektronika, industri dan pabrik-pabrik. Sistem pengukuran, analisa dan
kendali dalam
instrumentasi ini bisa dilakukan secara manual (hasilnya dibaca dan ditulis
tangan), tetapi bisa
juga dilakukan secara otomatis dengan menggunakan komputer (sirkuit
elektronik). Untuk jenis
yang kedua ini, instrumentasi tidak bisa dipisahkan dengan bidang
elektronika dan
instrumentasi itu sendiri.
Instrumentasi sebagai
alat pengukur sering kali merupakan bagian depan/ awal dari bagianbagian
selanjutnya (bagian
kendalinya), dan bisa berupa pengukur dari semua jenis besaran fisis,
kimia, mekanis, maupun
besaran listrik. Beberapa contoh di antaranya adalah pengukur: massa,
waktu, panjang, luas,
sudut, suhu, kelembaban, tekanan, aliran, pH (keasaman), level, radiasi,
suara, cahaya,
kecepatan, torque, sifat listrik (arus listrik, tegangan listrik, tahanan
listrik),
viskositas, density,
dll.
Prosedur
Kalibrasi Viscometer
Akurasi dari Viscometer
Brookfield diverifikasi dengan menggunakan cairan standard yang
disediakan oleh Brookfield
Engineering Labs. Cairan Standard ini merupakan cairan Newtonian
sehingga memiliki nilai
viskositas yang sama
ViscoStandard
dengan pemakaian
sembarang spindle, RPM maupun shear rate. Cairan standard yang tersedia
telah dikalibrasi pada
suhu 25 oC.
Persyaratan
Umum :
Ukuran wadah : Untuk
Viscosity Standard < 30.000 cP, gunakanlah Beaker Low Form 600 ml.
Untuk Viscosity Standard
> 30.000 cP gunakan wadah cairan sbb. : Dia. Dalam : 8.25 cm,
Tinggi : 12.1 cm.
Catatan : Wadah boleh lebih besar tetapi tidak boleh lebih kecil.
Suhu : Seperti tercantum
pada label standard ± 0.1 oC.
Kondisi : Viscometer
dengan Model : “LV” atau “RV” harus menggunakan Guarg Leg.
Brookfield
merekomendasikan untuk mengganti cairan Standard setelah 1 (satu) tahun sejak
pemakaian.
Prosedur
kalibrasi untuk Spindle LV(#1-4), RV, HA, HB (#1-7).
1. Letakkan cairan
standard (dalam wadah yang sesuai) ke dalam Water Bath.
2. Atur Viscometer pada
posisi pengukuran (gunakan Guard Leg untuk Model LV dan RV).
3. Pasangkan spindle
pada Viscometer. Hindari terjebaknya gelembung udara dibawah
spindle.
4. Cairan standard
bersama spindle harus dicelupkan ke dalam water bath selama minium 1
(satu) jam. Cairan
diaduk sebelum pengukuran.
5. Setelah 1 jam,
periksa suhu cairan standard dengan themometer yang akurat.
6. Jika suhu cairan
telah mencapai suhu pengujian (± 0.1 oC) lakukan pengukuan viskositas
dan catat hasil
pembacaan viscometer. Catatan : spindle harus berputar sedikitnya 5
(lima) kali putaran
sebelum dilakkan pembacaan.
7. Pembacaan nilai
viskositas harus sama dengan nilai cP yang tertera pada cairan standard
Prosedur
Kalibrasi untuk Small Sample Adapter
Jika Small Sample
Adapter digunakan, water jacket dihubungkan dengan water bath dan akir
dikonsisikan pada suhu
yang sesuai.
1. Letakkan sejumlah
sample sesuai petunjuk ke dalam sample chamber. Jumlah sample
berbeda-beda untuk spnle
yang berbeda. (Sesuaikan dengan Instruction Manual dari
Small Sample Adapter).
2. Letakkan sample
chamber ke dalam water jacket.
3. Pasangkan spindle
4. Biarkan selama 30
menit agar cairan standard mencapai suhu test.
5. Lakukan pengukuran
dan catat hasilnya. Spindle harus berputar minimum 5 kali sebelum
dilakukan pembacaan.
Prosedur
Kalibrasi untuk Thermosel System
Ada 2 step yang
direkomendasikan untuk mengkalibrasi Thermosel.
A. Kalibrasi Viscometer tersendiri dengan Spindle
Standard (Lihat : Prosedur
kalibrasi untuk
Spindle LV(#1-4), RV, HA, HB (#1-7)).
B. Kalibrasi Viscometer
dengan Thermosel sesuai dengan prosedur berikut ini :
a. Letakkan sejumlah cairan HT (High
Temperature) viscosity standard ke dalam HT-2 sample
chamber. Jumlah sample
berbeda-beda untuk tiap spindle. (Lihat : Instruksi Manual Thermosel ).
b. Letakkan sample chamber ke dalam
Thermo Container.
1. Pasangkan spindle
2. Biarkan selama 30
menit agar suhu setting tercapai
3. Lihat dan catat hasil
pengukuran. Catatan : Spindle harus berputar setidaknya 5 putaran
sebelum dilakukan
pembacaan.
Prosedur
Kalibrasi untuk UL atau DIN UL Adapter
1. Letakkan sejumlah
cairan viscosity standard ke dalam UL Tube. Lihat : Instruction
Manual UL Adapter.
2. Pasangkan spindle
pada viscometer
3. Pasangkan Tube /
Wadah Sample
4. Celupkan Tube ke
dalam Water Bath. Jika menggunakan ULA-40Y water jacket,
hubungkan saluran inlet
/ outlet ke external circulating pump.
5. Biarkan selama 30
menit agar tercapai suhu setting
6. Lakukan pengukuran
viscosity dan catat hasilnya. Spindle harus berputar minimal 5
puataran sebelum
dilakukan pembacaan hasilnya.
Prosedur
Kalibrasi untuk Helipath Stand dan Spindle T-Bar
Kalibrasi Helipath Stand
dan Spindle T-Bar dapat dilakuan dengan menggunakan Spinlde
standard yang ada (Lihat
: Prosedur kalibrasi untuk Spindle LV(#1-4), RV, HA, HB (#1-7)).
Spindle T-Bar tidak
boleh digunakan untuk verifikasi kalibrasi.
Prosedur
Kalibrasi untuk Spiral Adapter
1. Letakkan viscosity
standard yang ada di Beaker ke dalam water bath.
2. Pasangkan spindle
pada viscometer. Pasangkan chamber (SA-1Y)
3. Atur viscometer pada
posisi pengukuran. Operasikan viscometer pada 50 atau 60 RPM
sampai chamber
benar-benar meluap.
4. Cairan viscosity
standard bersama dengan spindle harus dibenamkan ke dalam water bath
selama minimum 1 jam dan
diaduk secara teratur sebelum dilakukan pengukuran.
5. Setelah 1 jam, cek
suhu cairan dengan menggunakan thermometer yang akurat
6. Jika cairan sudah
mencapai suhu setting ± 0.1 oC, ukur kekentalan cairan. Catatan :
Spindle harus berputar
minimal 5 kali putaran sebelum pengukuran dilakukan.
7. Hasil pengukuran
harus sama dengan nilai standard dengan toleransi gabungan akurasi
dari viscometer dan
cairan standard. ( Lihat : Interpretasi Hasil Test Kalibrasi).
Prosedur
Kalibrasi untuk Cone/Plate Viscometer
1. Atur jarak antara
cone spindle dengan plate sesuai dengan Instruction Manual
2. Pilih viscsity
standard yang akan memberikan nilai pembacaan antara 10% hingga 100%
dari Full Scale Range
(FSR). Sebaiknya pilih standard dengan nilai mendekati 100%
FSR.
3. Masukkan sample ke
dalam cup dan biarkan selama 15 menit untuk mencapai suhu
setting.
4. Lakukan pengukuran
dan catat hasilnya baik % Torque dan cP. Catatan :
1. Spindle harus
berputar minimum 5 putaran sebelum pengukuran diambil.
2. Penggunaan standard
pada rentang 5 cP s.d 5.000 cP dianjurkan untuk instrument
cone/plate. Jangan
gunakan viscsity standard diatas 5.000 cP.
Interpretasi
Hasil Test Kalibrasi
Pada saat melakukan
verifikasi kalibrasi Viscometer Model Spindle Brookfield, faktor kesalahan
(toleransi) dari alat
dan cairan standard harus digabungkan untuk menghitung total toleransi yang
diijinkan. Toleransi
dari viscometer Brookfield adalah 1% dari Full Scale Range (FSR). FSR
adalah nilai maksium
yang mampu diukur oleh alat dengan kombinasi setting Spindle dan
Kecepatan putar spindle
yang kita tetapkan. Sedangkan toleransi dari cairan standard adalah 1%
dari nilai viscosity
cairan yang bersangkutan.
Contoh perhitungan :
1. FSR alat ukur 50.000
cP
2. Cairan Standard
12.000 dengan nilai actual 12.257 pada suhu 25 oC.
3. Toleransi alat adalah
: 1% x 50.000 = 500 cP
4. Toleransi cairan standard
: 1% x 12.257 = 122.57 cP
5. Total Toleransi : ± (
500 + 122.57) = ± 622.57 cP
6. Sehingga pembacaan
yang diijinkan dengan FSR dan standard di atas adalah :
Toleransi yang dapat
diterima = ( 12.257 ± 622.57 ) cP.
Sejauh pembacaan alat
masih dalam rentang nilai tersebut, maka viscometer masih berfungsi
dengan baik.
SISTEM
KALIBRASI
Filosifi
kalibrasi
Bahwa setiap instrumen
ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti melalui kalibrasi
dan atau pengujian bahwa
instrumen ukur tersebut memang baik.
definisi
Kalibrasi
Kalibrasi adalah
memastikan kebenaran nilai-nilai yang ditunjukan oleh instrumen ukur atau
sistem pengukuran atau
nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan cara
membandingkan dengan
nilai konvensional yang diwakili oleh standar ukur yang memiliki
kemampuan telusur ke
standar Nasional atau Internasional.
Dengan kata lain:
Kalibrasi adalah suatu
kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat
inspeksi, alat
pengukuran dan alat pengujian.
Tujuan kalibrasi
• Menentukan deviasi
(penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu instrumen
ukur.
• Menjamin hasil-hsil
pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun Internasional.
Manfaat
kalibrasi
Menjaga kondisi
instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesefikasinya
Persyaratan
kalibrasi
• Standar acuan yang
mampu telusur ke standar Nasional / Internasional
• Metoda kalibrasi yang
diakui secara Nasional / Internasional
• Personil kalibrasi
yang terlatih, yang dibuktikan dengan sertifikasi dari laboratorium yang
terakreditasi
• Ruangan / tempat
kalibrasi yang terkondisi, seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, aliran
udara, dan kedap getaran
• Alat yang dikalibrasi
dalam keadaan berfungsi baik / tidak rusak
Sumber-
sumber yang mempengaruhi hasil kalibrasi
• Prosedur
Kalibrasi harus
dilakukan sesuai dengan prosedur standar yang telah diakui.
Kesalahan pemahaman
prosedur akan membuahkan hasil yang kurang benar dan tidak dapat
dipercaya. Pengesetan
sistem harus teliti sesuai dengan aturan pemakaian alat, agar kesalahan
dapat dihindari.
• Kalibrator
Kalibrator harus mampu
telusur kestandar Nasional dan atau Internasional. Tanpa memiliki
ketelusuran, hasil
kalibrasi tidak akan diakui oleh pihak lain. Demikian pulaketelitian,
kecermatan dan
kestabilan kalibrator harus setingkat lebih baik dari pada alat yang
dikalibrasi
• Tenaga
pengkalibrasi
Tenaga pengkalibrasi
harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang memadai, karena hasil
kalibrasi sangat
tergantung kepadanya.
Kemampuan mengoperasikan
alat dan kemampuan visualnya, umumnya sangat diperlukan,
terutama untuk
menghindari kesalahan yang disebabkan oleh peralak maupun penalaran
posisiskala.
• Periode
kalibrasi
Periode kalibrasi adalah
selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur dengan kalibrasi
berikutnya.
Periode kalibrasi
tergantung pada beberapa faktor antara lain pada kualitas metrologis alat ukur
tersebut, frekuensi
pemakaian, pemeliharaan atau penyimpanan dan tingkat ketelitianya.
Periode kalibrasi dapat
ditetapkan berdasarkan lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau
gabungan dari keduanya.
• Lingkungan
Lingkungan dapat
menyebabkan pengaruh yang sangat besar terhadap kalibrasi terutama untuk
mengkalibrasi
kalibrator. Misalnya kondisi suhu, kelembabab, getaran mekanik medan listrik,
medan magnetik, medan
elektro magnetik, tingkat penerangan dan sebagainya.
• Alat yang
dikalibrasi
Alat yang dikalibrasi
harus dalam keadaan maksimal, artinya dalam kondisi jalan dengan baik,
stabil dan tidak
terdapat kerusakan yang menggangu.
Prosedur
Kalibrasi
1. Identifikasi alat
yang dikalibrasi
2. Membuat jadwal
kalibrasi ( Internal / External )
3. Menyiapkan alat /
bahan
4. Melakukan kalibrasi
5. Membuat laporan
kalibrasi
6. Evaluasi hasil
kalibrasi
7. Sesuai standar
- Ya ( Mencatat / memasang
label kalibrasi )
- Tidak ( Melakukan
evaluasi data dampak dari penyimpangan alat ► Laporan ► Membuat
laporan kerusakan ►
Prosedur perbaikan alat )
Hal – hal
yang perlu diperhatikan dalam penerapan sistem kalibrasi.
1. Daftar alat yang
dikalibrasi
2. Manual alat yang
dikalibrasi ( Standar / nilai bias alat yang diperbolehkan )
3. Personil kalibrasi
yang terlatih ( Sertifikat dari laboratorium kalibrasi yang telah terakredirasi
)
4. Jadwal kalibrasi alat
- Internal (dilakukan
sendiri).
- External (dilakukan
oleh pihak luar).
5. Laporan kalibrasi
6. Catatan alat yang
telah dikalibrasi
7. Cek form kalibrasi
- Nomor seri alat yang
dikalibrasi
- Personil kalibrasi
- Cros cek alat ke
lapangan
Termometer –
Sistem Pengukuran Suhu
Termometer adalah alat
untuk mengukur suhu. Termometer Merkuri adalah jenis termometer
yang sering digunakan
oleh masyarakat awam. Merkuri digunakan pada alat ukur suhu
termometer karena
koefisien muainya bisa terbilang konstan sehingga perubahan volume akibat
kenaikan atau penurunan
suhu hampir selalu sama.
Alat ini terdiri dari
pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan kandungan Merkuri di
ujung bawah. Untuk
tujuan pengukuran, pipa ini dibuat sedemikian rupa sehingga hampa udara.
Jika temperatur
meningkat, Merkuri akan mengembang naik ke arah atas pipa dan memberikan
petunjuk tentang suhu di
sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Skala suhu
yang paling banyak
dipakai di seluruh dunia adalah Skala Celcius dengan poin 0 untuk titik beku
dan poin 100 untuk titik
didih.
Termometer Merkuri
pertama kali dibuat oleh Daniel G. Fahrenheit. Peralatan sensor panas ini
menggunakan bahan
Merkuri dan pipa kaca dengan skala Celsius dan Fahrenheit untuk
mengukur suhu. Pada
tahun 1742 Anders Celsius mempublikasikan sebuah buku berjudul
“Penemuan Skala
Temperatur Celsius” yang diantara isinya menjelaskan metoda kalibrasi alat
termometer seperti
dibawah ini:
1. Letakkan silinder
termometer di air yang sedang mencair dan tandai poin termometer disaat
seluruh air tersebut
berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah poin titik beku air.
2. Dengan cara yang
sama, tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut mendidih
seluruhnya saat
dipanaskan.
3. Bagi panjang dari dua
poin diatas menjadi seratus bagian yang sama.
Sampai saat ini tiga
poin kalibrasi diatas masih digunakan untuk mencari rata-rata skala Celsius
pada Termometer Merkuri.
Poin-poin tersebut tidak dapat dijadikan metoda kalibrasi yang akurat
karena titik didih dan
titik beku air berbeda-beda seiring beda tekanan.
Cara Kerja :
1. Sebelum terjadi
perubahan suhu, volume Merkuri berada pada kondisi awal.
2. Perubahan suhu
lingkungan di sekitar termometer direspon Merkuri dengan perubahan
volume.
3. Volume merkuri akan
mengembang jika suhu meningkat dan akan menyusut jika suhu
menurun.
4. Skala pada termometer
akan menunjukkan nilai suhu sesuai keadaan lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar